Musik / Lagu Buatan AI Itu Tidak Original, Bukan Karya Asli, Jadilah Musisi / Penyanyi Sejati Yang Jujur Berkarya Original

Musik atau Lagu Buatan AI itu Tidak Original, Tidak Asli; Jadilah Musisi / Penyanyi Sejati Dan Jujur Berkarya Yang Original



Di era jaman teknologi yang semakin canggih dan spektakuler seperti saat ini, kecerdasan buatan (AI) telah merambah hampir semua bidang, termasuk musik. Platform seperti OpenAI’s Jukedeck, Amper Music, Suno, AIVA dan lain-lain saat ini sanggup menghasilkan lirik berikut melodi nada lagu bahkan termasuk aransemen lagu utuhnya hanya dalam hitungan detik. 


Namun, di balik semua kemudahan dan kecepatannya, ada banyak pertanyaan termasuk pertanyaan yang sangat mendasar yang perlu dijawab: Apakah musik buatan AI benar-benar original? Jawabannya jelas: tidak! 


Musik yang dihasilkan AI hanyalah simulasi dari data-data musik/lagu yang telah ada, tentunya hasilnya akan terdengar seperti template saja, semua mirip-mirip saja tanpa keunikan yakni tanpa jiwa, emosi, atau cerita di baliknya. 


Inilah alasan utama mengapa musisi sejati harus tetap berpegang pada prinsip berkarya secara orisinal atau berkarya asli yang merupakan ciri karya yang bermartabat, jujur dan manusiawi bukan robotik.



karya lagu musik buatan ai bukan original, musisi dan penyanyi harus tetap berkarya original



AI Hanya Meniru, Bukan Mencipta Karya Lagu/Musik



AI bekerja dengan menganalisa jutaan data musik/lagu yang telah ada, lalu menggabungkan pattern atau pola-pola tersebut menjadi sesuatu yang "baru". Namun, hasilnya tetap merupakan tiruan dari karya manusia. Tidak ada keunikan yang biasa muncul secara otomatis di setiap karya yang asli. 


AI tidak memiliki pengalaman hidup, petualangan, perasaan, atau keunikan individu yang menjadi dasar penciptaan seni. Sehebat apa pun algoritmanya, AI tidak akan pernah bisa merasakan kesedihan, rasa kehilangan, sakit hati, kegembiraan, keceriaan atau kerinduan yang dituangkan seorang musisi ke dalam tema lagu. 


Musik AI ibarat puzzle yang disusun dari kepingan karya-karya orang lain, meniru jutaan data lalu memprosesnya dengan algoritma yang cepat, barangkali terdengar indah secara teknis, tetapi kosong secara makna.



Originalitas adalah Jiwa Seni



Rasa musikal adalah intisari dari karya yang original dan asli lahir dari ekspresi, rasa, jiwa dan pengalaman, semua ini akan menghasilkan karya yang sejati dan memuaskan karena merupakan hasil yang jujur dan bermartabat.


Seni, termasuk musik, lahir dari keinginan manusia untuk mengekspresikan diri. Setiap nada, lirik, atau harmoni yang diciptakan musisi adalah cerminan identitas, nilai, dan pengalaman pribadi. Ketika Bob Marley menulis Redemption Song, atau ketika Iwan Fals melantunkan Bento, karya itu lahir dari pergulatan batin dan visi mereka tentang dunia. AI tidak memiliki kemampuan untuk itu. Ia hanya menghasilkan kombinasi yang barangkali terdengar enak dan keren, tanpa pesan atau tujuan yang mendalam.


Originalitas juga menjadi pembeda antara seniman sejati, mesin dan bukan musisi. Jika semua orang menggunakan dan mengandalkan AI, musik akan kehilangan rohnya dan keberagamannya, akhirnya musik hanya menjadi produk massal yang seragam. Tidak ada lagi yang fresh, baru dan kejutan. Bagaimana mungkin sebuah algoritma bisa menciptakan kejutan seperti Bohemian Rhapsody karya Queen atau inovasi genre seperti yang dilakukan Björk?


Dan ironisnya lagi karya musik/lagu jadi terkesan recehan karena siapapun jadi bisa memiliki karya, bahkan yang sama sekali tidak mengerti musikpun bisa berkarya, ini kan cukup memprihatinkan dan aneh, karya lagu/musik menjadi hilang eksklusifitasnya, keunikannya, keasliannya dan martabatnya.



Masalah Etika dan Hak Cipta



Penggunaan AI dalam musik juga banyak memunculkan dilema etika. Siapa pemilik hak cipta lagu yang dibuat AI? Apakah programmer, pengguna, atau AI itu sendiri? Lebih jauh, ketika AI "belajar" dari karya musisi lain tanpa izin, apakah itu bentuk plagiarisme terselubung? 


Banyak kasus menunjukkan bahwa lagu buatan AI sering kali meniru karakter, style atau gaya artis tertentu secara mencolok dan terang-terangan, bahkan menggunakan progresi chord atau melodi yang hampir identik. Ini tidak hanya merugikan musisi asli, tetapi juga mengikis nilai seni sebagai ekspresi manusia.



Musisi Sejati Tidak Bisa Digantikan



Teknologi boleh saja menjadi alat bantu, alat referensi (acuan). AI baik jika hanya digunakan untuk mencari ide musikal karena terkadang banyak musisi yang disaat-saat tertentu mengalami buntu ide, AI bisa digunakan disaat-saat seperti itu yakni hanya sebagai referensi dan untuk membangun ide yang fresh dan baru. 


Jangan menggunakan buatan AI secara mentah-mentah tapi gunakanlah ia sebagai starting point atau referensi awal lalu kemudian diolah dan dikembangkan dengan sentuhan musikal sendiri.


AI tidak boleh menggantikan peran krusial manusia dalam berkesenian. Alat musik elektrik, software produksi, atau synthesizer adalah contoh bagaimana teknologi bisa memperkaya kreativitas musisi, bukan menggantikannya. Musisi sejati tetap menulis lagu berdasarkan ide, perasaan, dan visi mereka sendiri.


Lihatlah bagaimana band atau musisi seperti Dewa19, Tulus, Isyana Sarasvati atau Slank terus berkarya dengan ciri khas yang unik. Mereka tidak mengejar tren semata, tetapi berkomitmen untuk menyampaikan pesan melalui musik. Inilah yang membuat karya mereka abadi dan berkesan.



Jadilah Pencipta, Bukan Sekadar Pengguna



Bagi para calon musisi atau pemusik muda, pesannya jelas: jangan terjebak pada kemudahan instan yang ditawarkan AI. Tidak ada yang lebih memuaskan daripada memiliki skill musik yang bagus. Belajarlah menguasai alat musik atau instrument musik, ekpresikan dan eksplorasikan emosi melalui lirik, nada melodi lagu, aransemen dan temukan karya unik kalian. Proses ini mungkin lebih lama dan penuh tantangan, tetapi di situlah nilai seni sesungguhnya, nilai seni yang jujur dan bermartabat.


Seperti telah disebut diatas, AI bisa digunakan hanya sebagai alat eksperimen atau inspirasi, tetapi jangan biarkan ia menguasai kalian dan menjadi "seniman bayangan". Ketika pendengar merasakan rasa musikal getar jiwa dalam karya kalian, mereka akan tahu bahwa itu adalah hasil kerja keras dan kejujuran, bukan sekadar kode komputer.



Kesimpulan



Musik adalah sesuatu, hal atau bahasa universal yang mengkoneksikan manusia melalui cerita dan perasaan. Apabila kita membiarkan AI mengambil alih peran pencipta, penulis, pembuat, pengarang, penata, produksi maka secara perlahan maupun cepat kita akan mulai kehilangan esensi seni itu sendiri. 


Mari kita semua tetap menjaga musik itu hidup, seni itu nyata! sebagai ekspresi manusia yang otentik. Jadilah sosok pemusik atau musisi yang asli dan sejati: berkaryalah dengan ide di kepala lalu diolah hati, dan jiwa, tentunya bukan dengan algoritma.


Karena musik tanpa jiwa, hanyalah deretan nada dan irama yang hambar.




Reyal Musik

Reyal Musik adalah studio rekaman, kursus musik, jasa aransemen musik dan jasa pembuatan lagu terbaik dan profesional dengan biaya terjangkau, small price but BIG quality !

VISIT OUR OFFICIAL SITES :

www.studioreyalmusik.com

www.reyalmusik.com

Posting Komentar

silahkan ketik pertanyaan anda jika ingin bertanya atau butuh penjelasan lebih lanjut mengenai postingan artikel ini, admin akan segera merespon dan memberikan jawaban secepatnya, dan mohon untuk tidak spamming di kotak komentar, beriklan atau bertanya diluar topik (out of topic) karena admin akan menghapus hal-hal demikian, terimakasih dan semoga artikel ini bermanfaat untuk anda

Lebih baru Lebih lama